14 April 2009

Aku Ragu Akan Keputusanmu

Aku ragu akan keputusanmu
Tatkala aku kau paksa memilih satu
dari beribu nama untuk mewakiliku
Saat itu aku sangat yakin engkau keliru

Aku hanyalah rakyatmu yang sedikit mengenyam ilmu pengetahuan dan pendidikan yang masih mahal bagiku
Aku adalah jutaan dalam bilangan yang sulit mengenali wakil-wakil itu
yang tidak pernah bertemu
Tapi kau paksakan aku memilih satu

Pusing aku bayangkan dibilik sendirian, menggelar lembar lebar,
berderet-deret nama yang aku tak bisa membacanya
Sedangkan mengenali huruf pun tak semua aku bisa
Apa mau dikata
Yang kulakukan hanyalah terpaksa tanpa makna.

Hasil berkualitas macam apa yang kau harapkan dari itu semua
Sekedar hitungan contreng yang kau minta, dari putusan sesaat karena tak suka berlama-lama.

Aku rakyat jelata yang rasanya masih punya nalar dan logika
Tentang kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki manusia
Yang tidak mau dikata tidak bisa dan pasti melakukan sesuatu kalau dipaksa, tanpa banyak fikir apa hasilnya.

Sadarkah kau atas keputusanmu telah membuat porak poranda teman dan sahabat yang harusnya bersatu
Bersatu dalam wadah perjuangan membela aspirasiku, bukan untuk bersaing mati-matian dalam pemilu.

Jiwa manusia cenderung rapuh
Bertemu masalah berat sedikitpun mereka mengeluh
Jiwa manusia cenderung tinggi hati
apabila dikalahkan mereka sakit hati
Dan bicara kesana, kesini, mencemooh, mencaci dan memaki.

Mudah sebenarnya untuk ditebak jadi apa akhirnya
Hanyalah perpecahan antara mereka yang jelas di depan mata.
Berseteru dalam wadah yang sama, berjibaku untuk mengejar suara.

Kalau para pendiri negeri rela berkorban jiwa dan raga, bagaimanakah dengan kalian semua?
Janganlah hanya menghambur kata, berargumen paksa, berebut kuasa, membuang rasa.
Rasa nurani yang ada dilubuk hati, lebih suci sesuai sanubari yang lebih pantas untuk diikuti

1 komentar:

  1. Saya suka puisi ini pak...mewakili logika dan hati saya dalam pemilu legislatif kemaren.

    BalasHapus