24 April 2009

PARIWISATA

Tak semata untuk devisa, pula bukan berfoya-foya
Ada memang untuk belanja, bukan itu tentu maksudnya

Pariwisata
Pendorong niat hasrat pergerakan manusia
Hadir ditempat menikmati pesona
keindahan alam budaya pun citarasa
Hubungkan persaudaraan antar manusia
Hadirkan pengetahuan, pengalaman nan penting tiada tara
Penuhi naluri keingin tahuannya kembangkan cakrawala
Saling berkunjung jalin jaringan sosial sesama

Dalam kelebat insani tersurat sebagai Hak Azasi Manusia
Bukan saja milik orang kaya ataupun orang kota
Bukan pula milik orang tua atau anak muda
Pariwisata Hak semua
Harus dibina dan dikembangkan bersama

Era baru globalisasi di depan mata, peluang juga terbuka
Konferensi, rapat, maupun lokakarya
Juga berlibur sambil berolahraga
Prilaku baru yang akrab dengan pariwisata
Semua dapat dicipta atupun direkayasa
Tentu harus ada prakarsa dan pemrakarsa

Pariwisata
Teriakkan manfaat tanpa kata, bicara karena nyata adanya
hadirkan harta dan keuntungan lainpun diterima

Berjaya dengan asset seni budaya
Pun peninggalan purbakala, keindahan alam semesta
cita rasa makanan dan sajiannya
Penting juga sarana dan prasarana yang tersedia

Santun prilaku, hangat nan halus tutur kata
Tingkatkan citra,dorong mereka hadir dikali kedua, ketiga
dan selanjutnya
Buah bibir citra berkumandang ditelinga
Sahabat terpikat untuk ikuti dia, Hadir ke tempat yang sama

Jelajah langkah wisatawan akan singgah nikmati aura indah
Aman, nyaman prasyarat agar tamu makin betah

Bentang pandang hadirkan makna beda bergantung pada strata
Sudut pandang kuasa Negara berjuang untuk devisa
Membidik mereka hadirkan tamu manca Negara
Sudut pandang strata di bawahnya tentu bisa berbeda
Kabupaten Kota harus hadirkan pandang berguna
Pariwisata hadir untuk citra dan makna
Angkat harkat martabat warganya
Jadikan rakyat hidup sejahtera

Pariwisata
Dinamiskan perekonomian desa
Buka peluang dagang, penduduk bisa bekerja
Kelestarian seni budaya terjaga
Bagi kita para pengelola pariwisata
Keyakinan kemanfaatan harus tertanam di dada
Dengan kita bekerja bersama pariwisata bisa berjaya
Pengabdian kita jadikan ibadah dan bakti pada negara
Selanjutnya, Berharap Ridhlo Yang Maha Kuasa
Pahala Semoga tercurah karena NYA

Selamat bekerja Para Insan Pariwisata

Banjir

Onggok sampah dibawah jembatan makin bertambah
Halangi laju air dan berubah menjadi Bah
Membesar alur berpecah tak tentu arah
Mengikis tanah merusak sawah
Luas masuk kerumah-rumah
Terlanjur, Pasrah kerugian tak bisa dicegah

Kejar Tayang

Kejar tayang, memburu uang, kecermatanpun menghilang
Dampak besar tak terbilang
Abaikan nilai etika kesopanan yang terlarang
Kritik, protes, sensor pun terhalang karena uang

Bujang Perawan

Lentur pandang membujur alur tak teratur
Tak jeli tangkap arti, hidup sendiri semakin sepi
Sendirian berlari, kejar bayangan emansipasi
Berarti, kadang status diri pengaruhi gejolak hati, emosi berfluktuasi
Temperamen sering meninggi, penyebab tak dimengerti
Banyak sebab bujang perawan terjadi di bumi ini
Lepas dari nasib yang kodrati
Patah hati, sakit hati dan bisa karena gengsi
Mungkin apa yang bisa terjadi

Kalut berbalut masalah makin menyemut

Peka hati mulut bersahut emosi rawan terhasut
amarahpun mudah tersulut
Gelar lahir bebas tak bertaut
Naluri terbelenggu kecuali sekedar mengisi perut
Halus kulit cantik menyurut, berkerut makin keriput
Bukan hamba tulis kan puisi untuk penakut
Kadar sekedar amatan pribadi satu sudut
Tangkap laku kaum bujang perawan usia lanjut
Meng olok remehkan mereka bukanlah kumaksud
Citra cerita merajut wujud perilaku bertaut
Emosi, status diri, komunikasi dan interaksi seirama nadi berdenyut
Mohon maaf tentu dariku, untuk kaum yang tersebut
Manakala puisiku dinilai tidak patut
Maafmu kunanti sebelum hidupmu direnggut maut

Layar Kaca

Debat terbuka anak dan orang tua
Ayahnda maupun Ibunda
Tertayang di layar kaca dengan sengaja untuk pemirsa
Sinetron, Video Klip, Lawak, Iklan pun tak ada beda
Tema percekcokan dan kekerasan rumah tangga
Jadi andalan utama tarik perhatian pemancing iba juga gelak tawa
Lupakan nilai utama kepribadian hormati orang tua
Diakui siapa saja, Layar Kaca alat utama transformasi budaya
Nilai perilaku diajarkan lewat pandangan mata
Dibenaknya pemirsa aktif mencerna tayangan layar kaca
Realita pilihan pasif dan harus menerima yang ada

Adakah Rasa Dosa

Adakah rasa dosa
Para pemburu berita Infotainment layar kaca
Yang semakin marak mendominasi acara
Memburu sukses diri atas nama profesionalitasnya
Eksplotir duka, lara, nestapa insan yang jadi targetnya
Rekayasa menjadi biasa jadi simbol kreatifitas mengaku ahli analisa
Pembawa acara berceloteh mengada ada mengarang ceritera
Seakan kebenaran yang disampaikan apa adanya
Berhasil mungkin sedot perhatian pemirsa yang suka

Ber Sepeda Motor

Menapak diatas putaran sepasang roda
Getar memaksa semulus jalan tak ada beda
Tegur angin menyapa menepuk dada
Menyeruak tembus celah jalur abakan tanda
Deru irama berpacu bising tanpa nada

Janji di Ujung Lidah

Sinarmu terpotong janji diujung lidah
Yang pasti usia terus bertambah
Kerut ketuaan memberkas tajam menggores wajah
Cemar hapuskan kisah cemerlang yang tak lagi singgah
Basah disekujur tubuh yang mulai lelah
Galau hati berubah menjadi salah tingkah
Tak lantang katapun terpatah patah

Sosialisasi Undang-Undang Pariwisata

Daulat Negeri Konstitusi harus dipatuhi
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri
Tak terkecuali semua aturan turunan yang lebih rinci
Semua ada tak sekedar basa-basi, harus dicermati, difahami dan diikuti

Undang-undang pariwisata yang dulu sudah diganti
UU Nomor 10 tahun 2009 baru ditetapkan bulan Februari ini
UU ini sarat nilai, berderet pasal, berbaris kata berisi
Yang harus dimengerti, difahami dan dipatuhi
Oleh siapapun yang ada di negeri ini

Ciri khas Undang-undang ini adalah reformasi
Delapan butir utama reformasi yang perlu dicermati
Sistem perencanaan, kawasan strategis juga desentralisasi
Rezim perijinan menjadi pendaftaran termasuk system koordinasi
Masih ada lagi
Pembentukan Badan Promosi
penggabungan asosiasi Industri
sampai dengan Standarisasi dan sertifikasi

Wayang Orang Ngesti Pandawa *

Kaya citra budaya Jawa lewat panggung Ngesti Pandawa
Menghibur sambil bertutur tanamkan nilai luhur
Ikuti cerita beralur jujur tak pernah ngawur

Wayang orang simbol seni budaya cemerlang
Ngesti Pandawa hadir berkualitas bintang
Simbol budaya Kota Semarang

Menari dengan gerak Indah berseni pun bervariasi
Hadirkan memori, kombinasi cerita, musik, tari bersatu dalam harmoni
Tentu semua ini harus dileluri
Hanya saja tuntutan masa wajibkan kita membuka mata
Era informasi makin terbuka macam ragam hiburan sajikan pesona
Sedot perhatian anak muda maupun orang tua
Pudar tentu citra pesona hiburan tradisional budaya Jawa
Realita menuntut kita semua untuk menjaga kelestarian budaya yang ada
Berat tantangan wayang orang bertahan lama
Bersyukur tentu kalau masih ada yang suka
Baik pemain, penonton maupun pengamat budaya
Dan yang utama mereka mau dan rela
Membangun kepedulian bersama, untuk kelestarian seni budaya Jawa kita tercinta

Ngesti Pandawa wayang orang kebanggaan orang Semarang
Tegarlah berjuang, lestarikan seni budaya agar tak lekang
Pengabdianmu tak akan hilang, selamanya akan dikenang

Wahai penguasa kota Semarang tercinta
Tingkatkan pedulimu lestarikan kebanggaan kota
Dengan sentuhan kearifan kuasamu yang masih ada
Wayang orang Ngesti Pandawa terus berjaya

Wahai pemirsa yang berbahagia, Kehadiran anda sangat bermakna
Hidupkan pamor tradisi budaya, Semarakkan suasana Ngesti Pandawa
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
Ijinkan Wayang Orang Ini Terus Berjaya


*) Disampaikan pada acara Nontot Bersama Wayang Orang Ngesti Pandowo, pada Sosialisasi UU No:10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pada Selasa, 24 Maret 2009 di Semarang.
Lakon “Ontorejo takon Bopo”

Ibunda

Suratan alam, Manusia ada tak serta merta
Dua sel bertemu, menyatu dan terus bertapa
Sembilan bulan lama biasanya
Tunggu kesempurnaan pancaran Suksma
Kuasa Tuhan Maha Pencipta itu penentunya
“Gua Garba” pertapaan tiada dua, menyatu rahim Ibunda
Kehendak Mu Tuhan, tercipta kehidupan dunia
Manusia mahkluk sempurna lahir lewat kandungan Ibunda
Terukir kesempurnaan jiwa raga berkat rasa Cinta
Emosi, Nutrisi, Kesehatan ibu pengaruhi pertumbuhan sempurna

Puisi dan Nilai Isi

Berseni lewat puisi, berjuang lewat demokrasi
Mendorong reformasi, taati hukum dan konstitusi
Budayakan anti korupsi, suburkan toleransi
Hindari obral janji, tanamkan cinta negeri
Hargai produk bangsa sendiri, berusaha tak kenal henti
Sadarkan umat selalu berbagi
Keberhasilan ditangan Illahi ya Robbi

Berpuisi sangat berarti bagi insan yang menekuni
Kebebasan ekspresi legakan hati
Tak kenal waktu ungkap memori
Pertautkan kata menunjuk arti
Langsung praktek tak perlu banyak teori
Tapi wawasan dan ketajaman nurani harus diasah setiap hari

Tak layak hati terkoyak diterpa riak berseteru tanpa jarak
Jamak makin marak karena otak diracuni arak
Sepele penyebab konflik yang dapat terkuak

Sadar batas indah menghias di senyum hati nan …..
Cerdas naluri membalas, lugas merentas, rangkai katapun jelas
Lantang terucap bernada tegas

Jaman Serba Materi

Jaman kini, ukuran hidup serba materi
Tak ada basa-basi, pentingkan tampilan dari pada isi
Harga diri sering menjadi tak berarti
Persaingan begitu bebas tak terbingkai lagi
Dalih yang muncul karena Globalisasi dan teknologi informasi
Peduli lingkungan tak pernah tersaji
Gotong Royong apalagi
Mengucapkan pun terasa alergi

Koordinasi

Klasik terdengar pada kata “anekdot” yang sering kita jumpa
Erat berkait cara kerja yang perlukan kerjasama
Pecahkan persoalan capai tujuan yang ada
Saling terkait fihak saling bergantung untuk selesaikannya
Koordinasi, mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan

Bukan adat untuk berdebat, akan anekdot tak tentu tepat
Koordinasi cari sepakat fihak terlibat
Fahami persoalan tidak tersekat sekat

Kebugaran

Kebugaran indikasi hakiki kesehatan diri pribadi
Lahirkan pesona wajah cerah berseri
Gembira, bahagia swasana hati menyertai
Kejernihan fikiran, imajinasi dan kreasi akan terjadi

Berat langkah kadang terjadi
Mengayun kaki pelihara kesehatan ragawi
Tak di sadari nilai kesehatan sangatlah tinggi
Tatkala sakit belum terjadi

Kesadaran arti nilai kesehatan akan mudah dimengerti
Manakala sakit mulai hadir menghampiri
Penyesalan pun mengikuti
Terlanjur hidup yang lalu tak menjaga diri

Bukan sekedar seruan
Kebugaran fisik dan kesehatan harus diutamakan
Mencegah sebelum kejadian, lebih mudah dari pada penyembuhan
Yang pasti lebih ringan, ongkos yang harus dikeluarkan

Bagaimana itu dilakukan, tentu paling utama kemauan
Lakukan aktifitas fisik sesuai takaran, teratur dan berkelanjutan
Terukur pada kapasitas fisik terhadap beban
tak berkelebihan dan tanpa pemaksaan

Angin Politik

Bertiup kencang lazim dikala musim pemilu
Arah angin politik bertiup tak menentu
Cemas rakyat bersandar ragu, taksabar menunggu waktu
Dinanti serasa tak perlu
dibiarkan kuwajiban terus memburu
Gunakan hak pilih dalam pemilu

Semilir janji bernada merdu mendayu
Retorika usang bermunculan walautak bermutu
Menggapai bayang kemenangan politik semu
Lupa kemudian janji politik tak pernah bertemu

Berubah arah itu tak bisa dicegah
Semua kontestan tak ada yang mau kalah
Goyah tak tercegah, pudar tak nampak gagah
Politisi makin pongah, perilaku kian serakah
Perjuangan tak tentu arah
Kemiskinan rakyat tetap parah

Sejarah

Toreh warna hidup membekas dalam waktu
Terangkai ikuti alur berbias pandang tak pernah satu
Pijak pandang tentukan warna, beda kadang karena berseteru
Jamak berbunyi, teguhkan kebenaran tempo dulu
Citra bijak gores kehidupan layak hadir bagai Guru
Landas pijak batas obyektifitas hindarkan ketulusan semu
Catat tepat beriring waktu hadirkan kedepan sejarah bermutu
Sejarah Bangsaku Guru bermutu bagi Generasi Indonesia baru
Hindari salah masa lalu, hadirkan ide, kreatifitaspun bertemu
Menuju Indonesia Makmur Sejahtera, Adil dan Maju

Pendidikan sejarah lokal semakin perlu
di era teknologi informasi yang terus berpacu
Hadirkan nuansa kearifan lokal yang kuat jadikan ikat pemersatu
Keragaman bukan pembelenggu atau pemicu kelompok berkelahi melulu
Keunggulan tempo dulu, kuatkan keyakinan kita untuk makin maju
Kelemahan waktu lalu, pelajaran bermutu
bangkitkan karya kualitas nomor satu

Senyum dan Cemberut

Jamah senyum menghardik luka
Tepis prahara, gerah emosi sirna
Luput kadang hasrat hadirkan makna
Kerut di pipi, terbuka bibir tampakkan rona
Baris putih tebarkan pesona
Runtuhkan murka hadirkan suka

Gelayut kabut tersirat di raut wajah cemberut
Tak luput arti cermin hati nan kusut
Tak dekat jamah insar hadir bermaksut
Ragu, enggan, langkah tertaut di rasa takut
Tabir rasa tuntut kabut untuk dicabut
Gantikan senyum hadirkan teman saling bersambut
Ringan beban sembuh luka tlah terbalut

Cermin hati tulus bersemi
Raut wajah cerah berseri
Pancarkan cahaya makna berbudi

Celah

Beda antara dua
Karena berada dan tak berada
Nampak maya, tapi nyata adanya
Strata budaya dalam kehidupan bersama
Sajikan realita celah menganga
Potensi luka mengusik keserasian sosialnya

Celah ekonomi si miskin dan si kaya
Buruh dan majikannya
Celah pendidikan si bodoh dan cendekia
Celah sosial bangsawan dan rakyat jelata

Sadar para punggawa negara tercinta
Adalah tugas mendekatkan keduanya
Pertegas arah, ubah tingkah mempersulit kaum lemah
Persempit celah potensi pembawa bencana
Si miskin dan si kaya, kaum berada dan takempunya

Make Up

Saputan rona
poles wajah luka bertahta
Sekilas lupa
gores cela hardik rasa tak percaya

Saputan warna area mata
Imbuhkan kesan fungsi kurnea
Tajam memandang, makna menduga
Perasaan apa yang ada di dada teman bicara

Garis hitam melintang

Gantikan alis yang tidak terang
Cipta pesonakan wajah cemerlang
Jauhi kesan usang dan kerut membayang
Berbinar kadang terkesan garang

Gincu merah dibibir

Percantik diri bila mencibir
Hindarkan senyuman yang getir
Kala otak sedang malas berfikir

Jelajah Malam

Pasrah, lengking seruling dikeheningan tebing
Tebing malam berbaring hangat tak bersanding
Tebar bintang menghilang, terhalang mendung mengawang
Lengkapi sepi, jelajah hati tak bertepi
Kilas langkah kehidupan lalu tak berarah
Berhandai merajud cita jelang masa yang cerah

Gundah

Legam dikepekatan malam
Tajam torehkan bayang hitam
Ragam bertaut susuri cerita silam
Dendam bebani hati, pedih bak dirajam

Kelu lidah ‘tuk berteriak lantang
Rapuh kurnea ’tuk menangkap bayang
Lesu pantul cahaya lebarkan bentang
Sinari lekuk indah yang biasa terpampang
Megah kehidupan kedepan dijelang

Tundukkan kemelut hati, tanpa harus menyesali
Jinakkan rasa iri, bersabar kendalikan emosi

Atribut Parpol Pemilu

Hadir bukan semata cara,
tebar tampang berebut kuasa


Ajang bertaut tarung atribut,

berat bergayut pendukung makin kusut

Wajah kota kian semrawut

atribut parpol tertempel seluruh sudut


Tak cukup sejuta bilangan warna, mencoreng persada semakin luka

Tak sebersit wajah indah tersisa dipenjuru kota

Berderet bendera pudar tersebar tanpa rona

Malang melintang terpasang berserak marak sekedar ada

Bangga tak terbuka walau terpasang atribut parpol tercinta


Kendali lepas prilaku tanpa batas

pengawas mandul tak bisa tegas

Maksud hakekat atribut tak berbalas

bergumam rakyat jengkel dan gemas

Saksikan tingkah politik makin tak jelas

layak sebutan bagi orang tak waras

14 April 2009

A T R I B U T

Ada tak sekedar tanda pembeda, jauh bermakna
Mengubah rasa, pesona, tata cara mengangkat citra
Dapat pula bawa petaka, kala atribut bermakna nista

Atribut muncul berwarna-warni, tonjolkan gaya, bentuk, gambar dengan berbagai
kombinasi, tumbuhkan rasa percaya diri

Atribut sumber inspirasi ekonomi, tumbuhkan ragam kreasi menjadi barang produksi bernilai ekonomi tinggi
Ada pula yang bikin geli, pakai atribut untuk pasang aksi
Pemuda lugu yang terobsesi, ingin jadi seorang polisi
Kenakan pakaian dan atribut Abri
Makna atribut tlah terbukti
Pemuda lugu makin percaya diri
seakan dirinya seorang abri
merasa gagah dan pemberani, mondar mandir kesana kesini
sambil berlagak penuh ekspresi, layaknya seorang abri sejati

Atribut sumber kreasi, inspirasi dinamika ekonomi

Pemanasan Global

Terkoyak pelindung alam penepis sinar biaskan panas lampaui batas
Lebar sekat udara menganga diatas sana
tak kuasa hembuskan angin surga

Tak pelak penghuni bumi berlari
diburu cuaca yang makin tak pasti
Badai berlari mengelilingi bumi
tak pernah berhenti menyakiti
Seakan membalas prilaku penghuni
yang tak pernah mau mengerti

Hakekat perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup yang sejati
Peredam panas dan produsen oksigen yang tak pernah berhenti
Hutan lestari makin langka untuk ditemui

Beku kutup menciut berpacu meningginya air laut
Kobar api menyala tak disengaja
hanguskan hutan diberbagai sudut benua
Panas cuaca laksana bara magma menyala
Hadirkan siksa api neraka

R E S E S I

Keluh kesah merambah jauh ke sudut kota kota yang megah
Lelah memacu langkah kemajuan tidak bertambah
Jenuh untuk mencegah nilai uang pun meluncur kebawah
rupiah melemah
Gerah gelisah spekulan makin gegabah
mencari untung ditengah orang susah

Produksi barang dan industri melambat mendekati berhenti
Tak tahu kemana harus menjual, tak ada lagi siapa yang akan membeli
Buruh pekerja semakin tak dihargai
bahkan mereka tidak akan dipakai lagi
Pemutusan hubungan kerja akan terjadi
Pengangguran makin bertambah, daya beli makin melemah
Kehidupan makin susah, haruskan kita semakin tabah

Resesi menuntut introspeksi, atas pola hidup dan pola konsumsi
Berhemat dan menahan diri resep mujarab hadapi resesi
Tekun dan sabar dalam jalur profesi, memacu bangkit profesionalisme sejati
Kualitas produk makin teruji, hadirkan pasar makin memuji
Dambaan pribadi berselera tinggi

Suatu hari resesi pasti berlalu
Pasar tak lagi lesu
Penjualan produk makin maju
Lapangan kerja banyak menunggu
Persaingan dagang makin seru, pemenangnya hanyalah satu
Kualitas produk yang nomor satu.

Kesaksianku

Awalnya aku tak tahu siapa sosok yang satu ini
Awalnya muncul rasa tak menyukai
paras keras pria terkesan tinggi hati
sering kujumpai dalam koran dan televisi

Namun semuanya telah sirna
Kenyataan dan perkataan merupakan fakta
Membalikkan total simpul praduga
Kesalahan fatalku karena terbelenggu prasangka

Berdosa seakan menyapa kalbuku yang telah salah simpulkan realitamu
berseru dalam batinku, jangan lagi keliru menilai tanpa tahu
sadari kesalahan berlalu, luas terbentang jalan meraih kearifan kalbu
sesalku kujadikan guru nan tak pernah jemu

Saat ini aku cukup mengerti
Ingin rasa hatiku bersaksi
Untuk sosok berbudi
Yang masuk mengisi sejarah negeri

Dalam Birokrasi selaku menteri koordinasi bidang ekonomi
Tak terlalu panjang telapak kaki menapaki
Tak cukup waktu ukir prestasi
Tuntutan negeri berganti tempat mengabdi

Tampilan fisikmu kuat terkesan, jamaknya atlet binaragawan
Tidak terlalu tampan, namun rupawan
Bidang dada terbuka tegap
Bertinggi sedang bergerak sigap
Penggemar Tennis yang pandai berbisnis

Tak tegambar jelas arena tugas baru diterima
Kemenko Kesra pengabdian berikutnya
Tempat mengasah jati diri menjadi pribadi prima
Untuk mengabdi Nusa dan Bangsa

Pergi ke Mekah

Pergi ke Mekah untuk ibadah, di Masjid indah menghadap Ka’bah
Tangan tengadah duduk diatas sajadah mengharap barokah dengan menyembah Tuhan Yang Maha Megah
Matapun basah, resah gelisah telah punah, rohanipun menjadi cerah, badan tak lagi lelah, semuanya menjadi indah, tinggal lamapun menjadi betah

Disana kubertemu beribu wajah, dengan rona-rona yang pasrah
mencurahkan keluh kesah, dengan suara doa terpatah patah
berbaur isak tangis yang makin melemah

Tatkala udara mulai membuat badan gerah
Kadang ada pergerakan jamaah dengan melangkah tak tentu arah
Tak sebersitpun rasa amarah, walau dihardik untuk berpindah
Oleh kasgar kasgar berjubah

Semua itu adalah kisah, perjalanku yang paling indah
Semoga semua inipun barokah dan memperoleh Rhidho Allah
Trafiking

Jauh berasal dari desa kering, bertebing
Gemulai putri berkulit kuning, cantik berbadan ramping
Pergi sendiri tanpa pendamping
Menembus batas kampung, menuruni gunung untuk mencari untung tanpa berhitung kepada siapa akan begabung

Mengadu nasib jauh kekota bahkan manca negara
Tanpa mengerti tutur kata dan bahasanya

Pusing tujuh keliling telah terjerat kasus Trafiking
Akibat terpikat janji manis calo keliling
Yang tawarkan gaji besar tanpa berpusing-pusing

Terpaksa, akhirnya menjadi kata sekedar menafikkan dosa
Terlanjur akhirnya menjadi dalil setelah tercebur
Menangis, akhirnya hanya menjadi pemanis
Untuk tindakan yang tidak pernah menggubris
Peringata dan himbauan yang tak pernah habis

Jangan kau gadaikan harga diri hanya dengan materi
Jangan engkau lari dari masalah hidup ini
Hadapi tantangan dengan tegar dengan jiwa suci

Jangan engkau porak porandakan masa depan mereka dengan duka
Duka dan lara akibat jerat nafsu angkara
Yang membabi buta laknat syahwat belaka

Wahai Cukong cukang yang sombong
Berkipas uang hasil berbohong
Pecandu perempuan muda nan moblong
Sambil berjudi dan bermain Ding Dong

Hentikan tabiat burukmu yang penuh laknat
Kembalikan jatidiri korbanmu dengan penuh niat
Agar mereka pulih menjadi orang terhormat

Wahai orang tua yang berbudi mulia
Jagalah putra putrimu dengan rasa cinta
Perdengarkan dendang dan lagu Achlak Mulia
Sebagai benteng penangkis cukong durhaka

Wahai para pemangku negeri
Penegak Hukum maupun Polisi
Cepatlah bertindak jangan sampai lari
Calo dan cukong ke luar negeri

Kita semua harus tegas, Trafiking harus dibrantas
Buat aturan hukum yang jelas

Perjalanan

Kurangkai perjalananku dalam untaian kata
Kusajikan kisah-kisahku untuk sahabat tercinta
Bagi diriku pengalaman rohani adalah nyata
Kuhimpun dalam sanubari berbaur antara fakta dan rasa

Ilmu agamaku sangat dangkal, itu harus aku akui
Pengetahuan kehidupan sebagai bekal, kurasa juga tak mencukupi
Dambaan kehidupan akhir yang kekal, tentu harus kupatri dalam hati
Menyadari rumah tinggal hanya sejengkal, di liang lahat untuk menanti

Haji bagiku bukanlah sekedar pergi, bersama jemaah lain ke tanah suci
Haji bagiku harus menjadi momentum hati, untuk selalu tunduk berbakti pada Tuhan Yang Maha Sakti
Haji bagiku panggilan jiwa, atas bimbingan dan panggilan Yang Maha Kuasa
Oleh karena itu, bagiku ber Haji tidak boleh terpaksa

Niat adalah prasarat, yang harus kuat sebelum berangkat
Niat membulatkan tekat menjalani tarekat tanpa merasa berat
Fisik yang sehat, percaya diri meningkat siap menjalani semua syarat
Juga mengantisipasi bila mendapat tempat tinggal yang tidak dekat

Kesabaran dan tenggang rasa perlu dijaga karena harus bersama
Asal jemaah berbeda beda, perilakupun beraneka rupa
Tak sedikit yang sok kuasa, merasa bisa, paling berjasa maunya tergesa-gesa
Namun juga banyak yang santun dan bersahaja

Mars Kesra

Selamat datang di kantor Kesra
Tempat kita semua bekerja
Wujudkan cita-cita bangsa kita
Rakyat yang sehat dan sejahtera

Menggalang persatuan dan kesatuan
Samakan pemahaman perkuat kesepakatan
Sinergikan program dan kegiatan
Optimalkan hasil serta kemanfaatan

Bersama-sama seluruh komponen bangsa
Sesuai fungsi, tugas dan kewajibannya
Selalu berlandaskan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Empat Lima

Selalu bekerja sambil berdoa,
Sesuai kepercayaan dan agama kita
Kesadaran beragama, toleransi dan
Kesetaraan sebagai pijakan untuk semua tindakan,
Mencari solusi dan kemaslahatan.

Belenggu

"Hidup segan matipun tak mau"
Pepatah lama kuat melekat menjadi predikatku
Tatkala tak pernah kuperoleh kebebasan Azasi ku
Untuk dapatkan hak-hak Kehidupan layak yang kutunggu

Makan teratur, terlalu mewah bagiku untuk berjamu
Pendidikan, menjadi harapan yang hadirkan rasa jemu
Kesehatan, hanya menunggu kekebalan yang muncul dari badanku
Rumah, selagi ada penutup panas dan hujan pun cukup nyaman bagiku

Air Bersih, tergantung keperluanku
Pekerjaan yang layak, siapa yang mau mempekerjakanku
Bersuara pun tak seorang akan mendengar suaraku
Kemiskinan struktural telah lama membelenggu

Tak kuasa sistem negeri dan birokrasi mendobrak dengan jitu

Kemiskinan

Satu kata beragam makna
dahsyat menggemparkan dunia
membangkitkan rasa iba
menggerakkan raga untuk bekerja

Negarawan satukan kemauan
bersama sama tanggulangi permasalahan
samakan persepsi dan ukuran
sebagai pengendali kegiatan

Berbagai negara ambil bagian
untuk mengurangi kemiskinan
Milennium Developmen Goals sebutanya
seluruh dunia ikut melaksanakannya

Bencana

Jengah tengadah ditengah tanah yang basah
Memandang bukit dari kejauhan lembah
Terperangah lengah dapati hutan telah punah
Khawatirkan balas alam yang marah

Janji bumi tak pernah diingkari
Penghuni yang peduli akan selalu dilindungi
Balasan setimpal menjadi suatu bukti
Bencana alam yang akan terjadi

Guyur air nan tinggi tak ada tanda berhenti
Dahaga bumi telah terpenuhi
Tak setegukpun air mampu terserap lagi
Sebagai tanda sesuatu akan terjadi

Gemuruh suara bumi menyergah rasa ngeri
Memaksa diri, penghuni harus berlari
Onggok tanah tebing tinggi runtuh tererosi
Luluh lantak tiap benda yangterlalui

Duka nestapa hadir didepan mata
Ratusan warga sontak menjadi papa
Hilang akal tak tahu harus kemana
Lindungi diri untuk selamatkan jiwa

Wajah Bias

Wajah bias di sudut etalase
diterpa pancaran sinar berwarna warni
Sibuk mereka bercanda sambil berpose
menanti, berharap malam ini ada riski

Bias wajah antara duka atau suka
Sulit dimengerti karena desakan ekonomi
Bias makna antara luka atau dosa
Sekelumit citra diri yang sulit difahami

Mungkin juga bukan maunya dia disana
Hanya keterpaksaan yang membelit diri
Namun juga ada mereka yang suka rela
Mengejar nafsu duniawi yang tak pernah berhenti

Siapakah mereka semua itu sebenarnya?
Bagaimanakah mereka itu sampai disana?

Kembang-kembang desa berlenggang terbawa arus urbanisasi
Tak peduli cukup bekal ataupun piranti
Untuk songsong kehidupan kota yang keras dan keji
Dimana egoisme tinggi, penduduk padat dan kurang peduli.

Takkan tersandung kita kalau berhati-hati
Siapkan pengetahuan keterampilan hidupmu sejak dini
Dungu adalah sebutan kerbau-kerbau untuk meluku
Janganlah sampai kata itu dipakai untuk menyebutmu.

Tangkas dan cerdas seharusnya terpancar pada paras yang tegas
Tegas pada pendirian dan tujuan hidup yang jelas

Bertumpu pada pijakan langkah kuat wujudkan kualitas
Terukur tinggi menjadi diri dan generasi berkelas

Jangan terkecoh wajah bias yang nampak glamor
karena semua itu mungkin kotor
Jangan menyangka yang kelihatan subur itu pasti makmur
Karena memang kemakmuran dan kesejahteraan sulit diukur

Jangan menyangka yang tak bisa itu akan tersiksa
Karena kemampuan didapat dari berusaha
Jangan menyangka yang tak punya itu mesti sengsara
Karena sengsara tergantung hati yang menerimanya

Pesona Kuasa

Berdiri tegak di sisi tebing yang terjal
Memandang lembah tempat dulu tinggal
Pesona kuasa begitu indah dihiasi kabut-kabut menggumpal
Membius nurani, merangsa nafsu insani, inginkan kuasa kekal.

Misteri kehidupan yang menyeruak sulit ditebak
Mengalir kadang deras mengikis batu cadas
Memancar tinggi berderai sekedar membasahi
rumput-rumput gersang yang tak berembun lagi

Seiring kearifan yang dulu banyak semakin tersembunyi
Keangkuhan diri menggeser pribadi lembut berbudi
Distorsi suara hiruk pikuk telah menjauhkan diri dari sunyi
Kesempatan makin menghilang sekedar menciptakan waktu bersemedi
Untuk tumbuh suburkan kearifan budi dalam sanubari yang murni
Berani ukur diri dan interospeksi

Pesona Kuasa terlihat kekar berdiri tegar laksana pilar
Abadikan citra dengan simbol dan gelar
Kesankan pengaruh jauh kokoh mengakar
Walau kenyatakan tak terukur dan samar samar

Pesona kuasa sering bersanding keindahan semu yang terus memburu
Aroma wangi menarik hati mengundang simpati siapapun ingin mendatangi
Melakukan lobi, cari koneksi, kesana sini berjas dan berdasi
Tak pernah merasa sunyi setiap saat ada yang menemani

Pesona kuasa potensi menjilma jadi jiwa yang hina
Tatkala jiwa merana tergoda oleh harta tahta dan wanita
Petaka didepan siap menyapa, selagi nurani terbius pesona kuasa
Akhirnya alpa berbuah derita

Aku Ragu Akan Keputusanmu

Aku ragu akan keputusanmu
Tatkala aku kau paksa memilih satu
dari beribu nama untuk mewakiliku
Saat itu aku sangat yakin engkau keliru

Aku hanyalah rakyatmu yang sedikit mengenyam ilmu pengetahuan dan pendidikan yang masih mahal bagiku
Aku adalah jutaan dalam bilangan yang sulit mengenali wakil-wakil itu
yang tidak pernah bertemu
Tapi kau paksakan aku memilih satu

Pusing aku bayangkan dibilik sendirian, menggelar lembar lebar,
berderet-deret nama yang aku tak bisa membacanya
Sedangkan mengenali huruf pun tak semua aku bisa
Apa mau dikata
Yang kulakukan hanyalah terpaksa tanpa makna.

Hasil berkualitas macam apa yang kau harapkan dari itu semua
Sekedar hitungan contreng yang kau minta, dari putusan sesaat karena tak suka berlama-lama.

Aku rakyat jelata yang rasanya masih punya nalar dan logika
Tentang kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki manusia
Yang tidak mau dikata tidak bisa dan pasti melakukan sesuatu kalau dipaksa, tanpa banyak fikir apa hasilnya.

Sadarkah kau atas keputusanmu telah membuat porak poranda teman dan sahabat yang harusnya bersatu
Bersatu dalam wadah perjuangan membela aspirasiku, bukan untuk bersaing mati-matian dalam pemilu.

Jiwa manusia cenderung rapuh
Bertemu masalah berat sedikitpun mereka mengeluh
Jiwa manusia cenderung tinggi hati
apabila dikalahkan mereka sakit hati
Dan bicara kesana, kesini, mencemooh, mencaci dan memaki.

Mudah sebenarnya untuk ditebak jadi apa akhirnya
Hanyalah perpecahan antara mereka yang jelas di depan mata.
Berseteru dalam wadah yang sama, berjibaku untuk mengejar suara.

Kalau para pendiri negeri rela berkorban jiwa dan raga, bagaimanakah dengan kalian semua?
Janganlah hanya menghambur kata, berargumen paksa, berebut kuasa, membuang rasa.
Rasa nurani yang ada dilubuk hati, lebih suci sesuai sanubari yang lebih pantas untuk diikuti

Jangan Mencemooh Diri

Tabiat aneh yang sering muncul pada insan-insan berjiwa tumpul
Selalu berkumpul mencemooh negri sendiri dari kekurangan yang timbul
Menyanjung pujian, dambakan diri di label pemberani
Bicara terdengar tegas, lantang berapi-api
Tapi tak sadar arti dan makna kasih bagi pertiwi

Petualang-petualang angkuh berhati bebal, sok gengsi mengaku berwawasan global, sibuk membual pada dunia internasional
Merasa berjuang tanpa tahu mana ujung mana pangkal
Mengarungi kehidupan politik tanpa bekal apalagi nurani dan nilai moral

Citra negeri dicoreng demi suatu hasrat
Menarik simpati pesaing negeri yang tidak sepakat
Akan kedamaian bangsa yang akan didapat
Apalagi pertumbuhan pembangunan yang begitu cepat

Wahai insan penghuni bumi tercinta
Sadarlah akan tantangan global yang selalu ada
yang akan selalu menjatuhkan lawan dikala terlena
Demi tujuan dan kepentingan ekonominya

Jangan kau gadaikan bangsa dan negaramu
Hanya karena idealisme semu
Senang disanjung bule-bule dungu
Gerogoti kewibawaan negara dan harga diri Bangsaku

Demokrasi Keblabasan "Jangan biarkan nurani rakyat mati tak tahu arti demokrasi"

Tatkala kebebasan demokrasi dimaknai tanpa batas
Hingar bingar celoteh, pekik, teriak, bersahut saling berbalas
Kritik cemooh, caci dan maki laksana nafas
Merajut kehidupan yang semakin tidak jelas

Terlahir ribuan insan namakan diri politisi
Sekedar hadir berdiri detengah kerumunan para pendemonstrasi
Merasa jago berpidato dan berorasi dalam gaya dan berbagai aksi
Menyanjung tanpa hati, memaki tanpa peduli
Kebesaran jiwa , hak azasi yang menjadi hakiki demokrasi
tergadaikan hanya karena ambisi

Musyawarah sudah tidak lagi dianggap penting
Semua keputusan besar diambil dengan cara voting
Tidak pedulikan kebijakan yang diambil sangat genting, Yang perlukan pertimbangan mendalam dari hati sanubari yang bening

Mufakat semakin sering disunat
Tanggung jawab tidak lagi diingat
Bebas berbuat tidak mau terikat
Berbohong pada publikpun atas nama rakyat

Kapankah kita akan kembali menemukan jati diri
Cita rasa perilaku demokrasi yang hakiki
Jangan biarkan sampai hati nurani rakyat rapuh lalu mati
karena tak mengerti arti demokrasi

Sudah waktunya kita membuka mata
Wahai aktifis dan politisi muda
Mencari pencerahan bagi kepentingan bersama
Temukan jatidiri demokrasi yang sesuai Bangsa Indonesia

Engkaulah satu satunya harapan bagiku
Pendatang baru yang lebih segar dan menguasai ilmu
Membangun kejayaan bangsa Indonesia di penghujung waktu

Tegakkan kedaulatan negerimu, sejajarkan martabat kebangsaanmu
tuk bersanding diantara negara-negara dunia maju
dan yakinlah dirimu
Bersatu pasti kita makin bermutu

Balada untuk Pewaris Negeri

Bentangkan Merah Putih diseluruh penjuru negeri
Jangan sejengkal tanah pun tak ternaungi
Tancapkan tiang pancang dalam-dalam ke bumi
Biar tegak kokoh berdiri
Untuk kibarkan bendera kebangsaanku ini

Naikkan Sang Merah Putihku tinggi ke langit tuju
Agar melambaikan salam bagi sahabat-sahabat negaraku

Dan lantangkan seruan atas nama bunda pertiwi.
Untuk menjaga kedamaian dan kelestarian Bumi yang satu ini.

Tentu saja bukan kerja biasa.
Semua Hak dan Kuasa Sang Pencipta Yang Maha Esa
Hanya dengan bimbingan, petunjuk dan ridhonya
Semua cita-cita bangsa akan menjadi nyata.

Negeri Pertiwi indah luas penuh potensi
Letak diantara benua disetiap sisi
Menarik minat bangsa-bangsa dunia untuk menguasai
Bahkan tak sedikit mereka tega untuk menggerogoti

Satukan tekad wahai pewaris negeri
Rapatkan barisanmu jangan sampai diselusupi
Anasir-anasir radikal yang tak tahu diri
Yang mulai ramai dengan kedok Reformasi dan Demokrasi.

Jagalah kebebasan yang telah diberikan padamu
Hindarkan rasa egoisme maupun pengabdian semu
Instrospeksi diri terhadap sikap-sikap keras dan kaku
Tumbuhkan pemahaman sama pada setiap persoalan baru

Kamu semua pasti bisa, karena kita dilahirkan sama
Indahnya kasih sayang dan kedamaian adalah pesan dari surga yang diajarkan melalui nabi-nabi tercinta.
Sanggahan dan pengingkaran hanyalah menjadikan Nista, yang menghadirkan kesengsaraan dan malapetaka.

Sadar dan berjanjilah wahai pewaris negeri
Kawal bersama tanah airku ini
Engkaulah penerima estafet perjuangan yang tak pernah berhenti Karena kehidupan berputar dari lahir, berjuang lalu mati
Dan itu bukan untuk bumi pertiwi.

Politik bukanlah tujuan, namun sekedar kendaraan atasi perbedaan mencapai kekuasaan
Dan harus diingat wahai kawan
Kekuasaan yang Pertiwi inginkan, kekuasaan nan penuh kearifan, bukan kekuasaan untuk penindasan.

Situs Durhaka

Jelajah jalur jalur maya mengarah tebing terjal panas neraka
Menyeruak tajam dalam sudut sudut memori penuh luka
Gambar cerita, semu tawarkan penyembuh rasa
Hadirkan birahi raga syahwat dahaga

Khayalan jiwa membayang meregang menegang menyusur lorong panjang
Emosi nafsu menyatu irama detak jantung berpacu
Logika tertutup luka, prahara makin terbuka, telah hadir didepan mata
Beringas semakin tegas, memanas melihat wajah berparas
Kemelut bathin menyeruak tanpa ijin
Memaksa keinginan, hasrat yang tak mungkin

Bukankah semua mula terjadinya dekadensi moral
Yang tak pernah disadari sejak awal
Bukankah karena kita selalu berlindung pada situasi global
Yang selalu hadir mengagungkan kekuatan modal

Keunggulan teknologi informasi hanyalah satu sisi
Yang harus dicermati dan diwaspadai
Lebih penting adalah membentengi
Kembangkan moralitas terpuji untuk generasi

Laksana membidik itik ditengah gelombang
Bertumpu sebelah kaki ditambang terbentang
Tak tentu arah peluru melaju menghantam bidang
Hanyalah khayalan membendung dengan hanya melarang

Pusaka Kota

Gelayut mendung menggumpal hitam disudut relung hati suksmamu
Membisu dalam kepekatan asap dan penantian tak berseteru
Gurat –gurat keangkuhan dan kekokohan terkikis dimakan waktu
Dibalik cerita-cerita indah masa lalu bak melodi lagu nan merdu

Ada tatap sendu menyatu hati disudut keteguhan kalbu
Menggalang sinar menebar harapan dan makna membeku
Harapkan bangkit kejayaan lalu kota tuaku
Jadikan penerang semangat songsong jaman berpacu waktu

Majukan kota tuaku penuh makna dan nilai keluhuran masamu
Tanpa abaikan kreatifitas, tuntutan jaman nan kian maju
Singsingkan lengan Sibakkan baju
Singkirkan ego rasa budi pekertimu

Daulat rakyat kokoh menyatu, menyambut tekat yang slalu ditunggu
Semangat bara luluh lantakkan durhaka dungu
Yang sering muncul bersama kekuasaan nan semu

Berbarislah sejajar dan berlapis
Formasikan dirimu para penggerak negeri bak pagar betis
Yang tak ingin kebesaran lalu pusaka negeri terkikis habis
Kembali jadikan inspirasi kreatifitas bangsaku yang strategis

Kau Sebut Diri Televisi

Aku tahu kau anak globalisasi dengan ibu kandung teknologi
Kau terlahir demi kecintaan kepada informasi
Aku tahu kau hidup bukan dengan makan nasi
Ataupun makan ikan dan roti
Kau hidup dengan iklan dan promosi dan iklan dan promosi

Aku tahu kau hembuskan kehadiranmu untuk negeri tercinta
Kau idolakan dirimu pembuka hati nurani penghibur duka lara
Aku tahu kau kejar rating untuk jadi idola
Kau tayangkan gemulai aurat memacu syahwat
Aku tahu kau taburkan bumbu bumbu penyedap untuk memikat
Kau tawarkan dan kau bagikan hadiah dan undian bersyarat

Jangan jejali aku dengan khayalan
Walau aku tahu khayalan dapat memacu menggapai kemajuan
Apalagi kesukaanmu untuk sajikan kekejaman
Yang akan memicu tindak kejahatan

Jangan kepadaku kau tiupkan angin surgawi
Yang hanya menambah panjang goresan luka dan kepedihan hati
Jangan engkau benturkan kepalaku dengan kepalanya
Yang hanya akan menjauhkan persaudaraan kita

Aku putra-putri pertiwi, aku cinta negeri sendiri
Masih samakah dirimu seperti aku
Masih adakah nurani-nurani tersisa untuk berkasih mesra
Mengasihi dan menyayangi budaya dan nilai-nilai hakiki

Aku Terlalu Cinta

Benarkah negeri dan bangsaku telah maju dan moderen saat ini…?
Setelah prahara dan gelombang reformasi
menghempas negeri dengan tak terkendali….
dan kini resesi dunia kembali menghantui

Pilar-pilar perkasa penopang kemegahan negeri….
Konstitusi ….
Telah tergoyahkan oleh tsunami reformasi
dan gelombang demokrasi…
Tembok-tembok koridor pemandu arah bangsaku
telah terbelokkan ke arah yang tidak menentu…
Empat kali sudah upaya membelokkan berdalih memperbaiki telah terjadi…
Berdalih demi demokrasi… berdalih demi desentralisasi
Dan masih ada lagi dan lagi dan lagi….

Siapakah sebenarya yang harus aku ikuti …?
Masih adakah wakil-wakil rakyat negeriku yang masih peduli…?
Masih adakah politisi-politiisi negeriku yang menyadari…?
Nilai sejarah dan pekik perjuangan pendiri negeri …. ?
Merdeka …. Atau ….. mati

Konon telah hadir raja dan ratu dari negeri gombal yang mengglobal….
Yang bermahkota hak azasi bertahtakan gemerlap intan permata …… imitasi..
Berbusana demokrasi berornamen emas, perak nan seksi ….
pembangkit birahi.. yang berujung ekonomi beaya tinggi.. ..

Sang Raja kapitalisme dan permaisuri konsumerisme …
Nan memikat dan menyihir seluruh penghuni negeri tak terkecuali,
 
politisi, pemimpin negeri dan birokrasi, ilmuwan dan akademisi
penegak hukum serta polisi, mahasiswa-mahasiswi
pedagang sayur maupun pedagang mie, sopir bis maupun sopir taksi, saudagar maupun buruh tani.

Semuanya menjadi pandai berorasi dan garang bak pemberanii…
mengkritik sana…. Mengkritik sini…
Membebek sana… membebek sini… menjadi ahli profokasi…
demi ilusi bualan raja dan permaisuri.

Ya Tuhan, Ya Robbi
Tuhan Yang Maha Kuasa nan Maha Sakti
Dalam Do’a dan harapan hambamu ini
Kembalikan nurani bangsa kami
tegakkan kembali cita-cita pertiwi,
teguhkan tekad berpantang lari, menantang jaman yang penuh duri.
Duri-duri globalisasi … kapitalisme dan nafsu konsumsi
Kembalikan nilai-nilai bangsaku yang telah banyak terganti.

Ya Tuhan, yang Maha Mengerti,
kembalikan nilai kesederhanaan yang tlah terganti kemewahan
kembalikan nilai penghematan yang tlah terganti pemborosan
nilai menabung yang diganti "perbelanjaan"
nilai antri diganti penerobosan
nilai pendidikan diganti kekayaan
nilai kelembutan diganti keberingasan …
nilai santun diganti bedigasan…
nilai kecerdasan diganti akal-akalan.

Ya Tuhan Penguasa Jaman, Penentu kehidupan
Kembalikan jati diri pertiwi
Aku terlalu cinta dengan negeri dan bangsaku ini.

Satriaku

Satriaku limbung saat masih dipucuk gunung
diterpa kencang puting beliung
kabar tersiar pendamping urung
bersama bertahta berpayung agung

Awal berita pertemuan pendukung
heboh tokoh nimbrung, luka mengimbas langsung
politisi tanggung yang sedang bingung
berharap dapat melambung, hitung hitung tunggu nasib bisa beruntung

Satriaku cukup mengerti, pendamping satu mengancam pergi
tak tanggung pergi, tak cukup ke luar negeri
perginya dekat, tapi suksesi

Satriaku tak pernah grusa grusu
cermati tantangan satu persatu
pastikan langkah dan sempatkan bertemu
komunikasi yang baik untuk dituju
sampai akhir mandat yang masih di bahu

Atlas Budaya

Bentang atlas budaya luas tak begitu tegas beri garis pembatas
Ragam rona indah tampilannya, terpapar jelas diatas goresan kanvas
Berbaur ragam warna dan kulit, melilit pakaian hasil kerja yang rumit

dan kelengkapan menghias

Was-was pemerhati budaya negeri seru membahas
Pengaruh negatif globalisasi berimbas
Kaburkan nilai kearifan budaya lokal kian tak berbekas

Budaya

Budi atau akal muasalnya, bertani makna lainnya,
mempertahankan hidup tujuannya

Luas makna terkandung dalam kata, meniti jauh jejaki kehidupan manusia
Lebar mencakup kehidupan bersama, mendalam menukik hati dan jiwa

Indah tatkala rasa bicara, Seni menjadi predikatnya
Cipta menjadi karya, Benda menjadi alat yang berguna

Kata dan bahasa penyambung rasa, fahami makna dan kemauan bersama
Cipta, Rasa dan Karsa esensi kata Budaya

Berkembang dari waktu kewaktu
sesuai tantangan jaman yang terus berpacu
Manusia terus memburu, tingkatkan derajad dan martabat yang maju

Budaya tercipta ada sebagai pembeda, antara mahkluk hidup di dunia
tak satupun mereka berbudaya kecuali manusia

Binatang adalah pembandingnya, sebagai yang tak berbudaya
bekerja dengan instingnya dan bukan budi pekertinya

Manusia terunggul dari machluk yang ada
Kuasai persada dengan budayanya

Jangan abaikan kata budaya
Tak berbudaya adalah predikat nista
Tak layak disandang oleh KITA

Manusia

Berpuisi

Proses berimajinasi atas realita kehidupan hakiki
Proses aktualisasi ekspresi, emosi dan kata hati

Proses berfikir kritis, analitis
Tampilan sistimatis, dinamis juga etis

Proses seleksi kata
merangkai dalam lafas suara
bernilai karena bermakna

Energi kata bertaut serasi
menembus syaraf khayal insan-insan bervisi
mereka mengerti dan memahami

08 April 2009

AJARI TULIS PUISI

Ajari aku menulis puisi agar menjadi arif dikemudian hari
Puisi ekspresi jiwa, pesona kata bermakna
mendamba kehidupan surga
Agar Ku bisa gambarkan realita
dengan bertutur santun pun berbudi bahasa
Emosi terkendali tajam mencerna
Tepat situasi tepat pilihan kata
Siapapun baca akan suka, hindarkan konflik dengan terbuka

Ajari Politisi menulis puisi
suratkan janji peduli pada negeri
hadirkan rasa simpati untuk konstituent sepenuh hati
sanggup mengabdi tanpa korupsi
berbakti untuk pertiwi
puisikan janji politisi fahami hakekat demokrasi
kalah dan menang harus dipatuhi
Puisi, hakiki yang perlu dimengerti
Puisi latih diri tangkap esensi informasi

Bangkit dunia Puisi Negeriku
Kawal Reformasi dan Demokratisasi
Dijalur Budaya Pertiwi yang santun dan berbudi


P U I S I

Berdaya lewat kata, bermakna merajut ceritera
tertulis apa adanya
Terbuka membaca fakta, berbeda karena nyata
berdebat tanpa suara

Menembus batas kelas, berwawasan luas
cerdas dalam membahas
Jelas tuntas dan Tegas

Jauh lampaui angan, memburu alur terukur penuhi harapan
Tajam menghujam, sampai lubuk hati yang paling dalam
Santun bertutur, kritik teratur jujur sesuai jalur

Bermacam tema bersuara sama berirama tanpa nada
Menebar pesona cinta
kadang juga tentang duka dan lara

Kegalauan, ketidak puasan, ketidak adilan bahkan kepahlawanan
rasa kebangsaan dan banyak lagi yang dapat dicurahkan

Puisi aktualisasi seni yang harus diapresiasi
Karena punya misi menyampaikan isi hati
Yang perlu dimengerti oleh insan berbudi
Guna mengasah hati nurani

Kisah Ku Tulis Puisi

Aku hadir di ranah belantara Puisi negeri
yang tak ku ketahui secara pasti
Ajakanku bangkitkan puisi negeri
karna ada dorongan hati dan pemahaman diri
Puisi adalah Pusaka masa lalu yang sakti
bangkitkan motivasi para pejuang pemberani
yang rela berbakti bahkan sampai mati

Saat itu kupergi Haji
Dalam salah satu doaku, kumohon pada yang Maha Suci
juga Maha Mengerti tentang diriku ini
untuk membimbingku menulis sesuatu yang berarti
bagi diriku, keluarga, masyarakat dan Bangsa yang aku cintai

Tak tahu tulisan macam apa yang akan kuikuti
yang penting jadi

Walau pernah aku jadi peneliti
membuat skripsi, tulis makalah sampai pidato menteri
namun sangat sedikit yang kupublikasi

Sampai suatu hari, sambil menonton Televisi
Pena ditanganku mulai menari, kutulis apa yang ada dalam hati.

Kekecewaan akan situasi, kepedulian, kepahlawanan
kearifan, percintaan, keresahan, kejengkelan, kegembiraan, kesaksian

meluncur deras seirama gerak pena yang seakan tak mau berhenti

Masih belum aku sadari
Kumpulan tulisanku aku coba baca-baca kembali
Terkejut dalam hati, kumerasa semua punya arti.
Kubaca dan kubaca lagi ku makin yakin ini puisi

Kembali aku renungi waktu waktu yang telah kulalui
Teringat aku pada Doaku di Tanah Suci
Inikah jalan yang KAU beri?
Menulis Puisi ...? Yang belum banyak aku geluti ....?

Tentu

Hanyalah Tuhan Allah Yang Paling Mengerti
Tentang kemampuanku ini

Ujung perenungan menghantar keyakinan
Puisi berkekuatan
Bangun pribadi Arif dan Budiman

Ujung pena terus berlari
Hantarkan Makna Puisi Puisi Berikut ini
Semoga pembaca yang baik hati berkenan mengkritisi
Demi kebaikanku berkontribusi
Semarakkan kancah puisi cinta negri
Mengawal demokrasi, reformasi dan globalisasi
Bersenjatakan ketajaman visi, kecerdasan akal dan emosi
kearifan budi, kejernihan hati bersatu merasuk sanubari

Semoga Allah Yang Suci nan Maha Mengerti
Selalu membimbing dan Memberkahi

Bekasi, tahun duaribu sembilan bulan Pebruari

Hormat kami
Yang bermimpi berpuisi
Sugihartatmo dari Wonogiri